Senin, 12 Juli 2010

BINTAN LAGOON RESORT

Ini kunjunganku kedua ke Bintan Lagoon Resort (BLR) setelah tahun 2009 silam. Perjalanan dimulai dari Pelabuhan Batu Ampar - Batam pada hari Jum’at ketika jam kerja usai, dengan ongkos sekali jalan Rp. 40.000 menggunakan kapal ferry. Kira-kira menempuh perjalanan lamanya 1 jam. Menginap satu malam di Tj. Pinang sebelum pagi-pagi sekali sudah berangkat ke BLR.

Untuk mencapai kawasan BLR, Kita menyewa kendaraan di Tanjung Pinang, ibu kota Kabupaten Bintan. Jarak tempuh perjalanan sepanjang 60 kilometer, melalui darat, mencapai satu setengah jam sampai dua jam. Sepanjang jalan tak ada yang Istimewa buat mataku. Hanya sedikit mual karena jalan yang berliku-liku. Terlihat juga dari kejauhan Gunung Bintan (Aku tak pernah kesana, tapi lain waktu ingin menginjaknya).

Lokasi BLR sangat exclusive seperti mau masuk ke negara lain saja, berasa tidak seperti di negara sendiri kalau satpamnya bukan orang Indonesia. Kita melewati dua pintu gerbang Security Check. Lolos dipintu gerbang pertama belum tentu lolos dipintu gerbang kedua. Dikunjungan pertama, kita sempat menunggu hingga 30 menit di security check kedua. Sempat berfikir kenapa sulit sekali bisa memasuki kawasan BLR ini? Kalaupun harus bayar seperti memasuki tempat-tempat wisata lainnya, tapi tidak ada loket pembelian tiket. Apa mungkin yang boleh masuk kawasan itu hanya yang menginap saja? Mungkin. Aku tak tahu juga. Yang jelas, aku dan teman-teman bisa masuk karena ada kenalan yang bekerja di kawasan pantai.

Memasuki kawasan BCL, terhampar pemandangan indah nan mempesonan, menawarkan dua lapangan golf 18-hole yang terkenal di seluruh dunia yang dirancang oleh Jack Nicklaus dan Ian Baker-Finch. Dan aku telah melihatnya, lapangan golf yang katanya terkenal diseluruh dunia itu. Spektakuler.

Benar saja, tidak ada wisatawan lokal yang kami temui di dalam BLR. Aku dan teman-temanpun dikira wisatawan dari negeri Jiran karena menggunakan tutup kepala.

Seperti kunjungan pertama, kita menghabiskan waktu dipantai. Keindahan pantai Bintan Lagoon Resort di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, tak kalah dengan Pantai Kuta, Bali, atau Pantai Pangandaran di Jawa Barat (Katanya, karena sampai saat ini aku belum pernah kesana. Semoga suatu saat nanti). Garis pantai landai dan panjang, sementara hamparan pasir putihnya melengkapi keindahan laut yang membiru.

Aku mulai mengerti mengapa kawasan ini tidak diperuntukkan bebas untuk warga lokal. Ternyata oh ternyata, wisatawan asing yang berjemur berpasang-pasangan (Wanita - pria, Homo, Lesbi), semua terpampang jelas dengan busana super mini. Tak jarang kata temanku yang berkerja disana, jika musim liburan (tentunya musim liburan dinegara mereka) wisatawan asing itu berjemur tanpa menggunakan benang sehelai pun. Wah, ini bukan budaya negeriku. Jadi diclose saja pembahasan ini, karena kalau mau dibahas dengan narasumber temanku itu, bisa sepanjang jalan kenangan. Heheheee...

BLR terkesan demikian eksklusif, seolah diperuntukkan bagi turis dan pengunjung yang berkocek tebal. Tarif kamar dan jasa kegiatan wisata di tempat itu ditetapkan berdasarkan mata uang dollar Singapura. Bahkan, makanan dan minuman pun demikian. Tarif kamar hotel, bila dikonversi, mencapai jutaan rupiah per malam. Sampai-sampai kita dipesan oleh temanku itu untuk membawa makanan dan cemilan dari luar, jika tidak ingin kelaparan. Sangking muahaaallnya.

Untuk mencoba tantangan wisata yang ada, ini beberapa harga yang aku dapat langsung dari pekerja disana.
ATV Motor : ± SGD 120, sekitar Rp. 780.000,
Banana Boat : ± SGD 15/ person, sekitar Rp. 487.500,-/ 5 orang untuk 15 menit.
Jetski : ± SGD 80/ jam, sekitar Rp. 520.000,-
Selain itu juga ada Flaying Fish, Snorkling, Kayak, dan lain sebagainya. Beberapa permainan ini berhasil aku coba dengan bayaran sangat-sangat murah. Cemilan yang kami bawa banyak-banyak tadi, menjadi penyumbatnya. Yah walaupun tidak dapat berlama-lama, tapi sangat menyenangkan hati ini.

Setelah sore menjelang, kita pun berkemas-kemas untuk pulang, membawa sejuta cerita di BLR.


Tidak ada komentar: