Selasa, 27 Juli 2010

Mahkota Medical Centre


Hari ini my mom operasi di Hospital Mahkota Malaka. Ada yang harus di angkat di rahimnya. Jadi ingin ngebahas rumah sakit yang sudah sangat-sangat familiar di telinga warga Batam khususnya. Dulu pertama kali kesana gara-gara ma2 mengidap penyakit sesak nafas yang tak kunjung sembuh. Hampir setiap malam batuk-batuk, padahal segala upaya berobat dan makan obat rutin sudah dilakukan. Kasihan kalau sesak nafasnya kambuh, bisa semalaman gak tidur. Sampai akhirnya ada yang menganjurkan berobat di Hospital Malaka. Awalnya sebulan sekali berangkat, lalu enam bulan sekali, lalu sesekali cukup by phone dengan dokter sana. Alhamdulilah tidur malam udah gak batuk-batuk lagi dan sesak nafasnya jarang kambuh.
Nah sekarang kalau kesana udah kayak menjelajahi negeri sendiri saja. Bahkan kata pepatah, sambil menyelam minum air, sambil berobat jual kain. Hahahhaa... bukan jualan di sana, tapi beli kain di sana jual di Batam. Ibu2 yang kreatif sekali my mom itu. Dari situ mulai terlihat jiwa dagangnya. Btw, sekarang saja pergi operasi sendirian, cuma ditemani salah satu family yang menetap di sana.


Kalau ada yang mau berobat di Hospital Malaka atau sekedar check up, ini beberapa informasinya :

1. Pelabuhan Internasional Fery Batam Centre – Pelabuhan Fery Situlang Laut Johor
• Transportasi : Kapal Fery
• Lama Perjalanan : 2 Jam
• Tiket Fery PP : Rp 370.000,-

2. Pelabuhan Fery Stulang Laut Johor – Terminal Bus Johor (Larkhin)
• Transportasi : Taxi
• Lama Perjalanan : 15 menit
• Ongkos Taxi : ± RM 15

3. Terminal Bus Johor (Larkhin) – Terminal Bus Malaka (Centra Malaka)
• Transportasi : Bus
• Lama Perjalanan : 3.5 – 4 jam
• Tiket Bus : RM 17 s.d RM 20

4. Terminal Bus Malaka (Centra Malaka) – Mahkota Medical Centre (MMC)
• Transportasi : Taxi
• Lama Perjalanan : 15 mnt
• Ongkos Taxi : ± RM 15

Untuk penginapan, di MMC juga tersedia. Tapi aku tidak suka menginap disana jika sedang berobat. Suasana rumah sakit gitu loh!

Di sekitar kawasan MMC banyak penginapan-penginapan kelas melati yang lebih murah namun nyaman dan bersih. Mereka juga menyediakan supir. Dari mulut supir tersbut aku mengetahui bahwa dari supir taxi sampai pemilik usaha penginapan di kawasan MMC sangat bergantung pada orang Indonesia. Nah, Loh! Supir itu bilang, Orang Indonesia lah yang memberi mereka makan. Benar saja, beberapa kali kunjungan di MMC itu, rata-rata yang terlihat warga kita juga. Sesekali terdengar logat padang, kadang-kadang juga terdengar guyonan orang jawa. Walau suster or dokternya orang bule, india, atau cina, mereka rata-rata mengerti bahasa kita. Jadi lucu, kalau di negara kita terkadang lowongan pekerjaan sering mengutamakan yang bisa bahasa inggris, kalau di MMC pekerjanya harus mengerti bahasa Indonesia kali ya. Hehehehehe...
Aku sendiri pernah merasakan fasilitas dan pelayanan yang baik dari Dokter dan perawat-perawat sana. Dulu waktu SMA pernah di diagnosa kena usus buntu dan harus operasi segera. Seumur hidup belum pernah operasi, jadi kalimat itu mampu menegakkan seluruh bulu kudukku. Takuuuttt... masih gak yakin aja mesti operasi. Kalaupun harus operasi, aku mintanya di Malaka. Maaf saja, rasa kepecayaan terhadap Institusi Rumah Sakit di negeri tercinta ini sudah berkurang. Tak mau ambil resiko yang berhubungan dengan nyawa. Ketika ke MMC dan melakukan pengecekan, ternyata buka kena usus buntu, tetapi ada gejala batu ginjal, dan bisa disembuhkan dengan minum obat dan air putih saja. Wah tidak terbayangkan jika kemarin harus operasi, kasihan isi perutku diobok-obok.

Lalu pernah juga mengidap sakit pinggang dari umurku belum genap 20 tahun. Untuk sekedar sakit pinggang, demam, sakit gigi, sakit kepala, sampai putus cinta, (yg terakhir itu guyonan doank!) tak perlu lah sampai kenegeri orang. Tak seburuk itu hilangnya kepercayaan kepada dokter-dokter kita yang terhormat itu. Dulu sekali pernah ikut terapi beberapa kali. Nah kurang dari setahun yang lalu, ketika umurku sudah di tasa 20 tahun, aku muali mengeluh sakit pinggang itu lagi. Sebenarnya kemarin-kemarin sering sakit jg, tapi berusaha menyepelekan. Waktu cek disalah satu rumah sakit swasta ternama di Batam, aku diharuskan memakai korset tulang sampai dengan waktu yang tidak ditentukan. Dikepalaku, korset itu seperti yang emak-emak punya kalau mau pakai baju kebaya. Tapi ternyata, itu korset benar-benar sekeras tulang. Harganya pun hampir menginjak angka 3.5 juta. Wow! Kesehatan itu mahal sekali, kawan!

Gak mau puas di satu dokter, aku kembali berlayar ke Malaysia. Namun kali ini tidak di MMC, saat itu tidak punya waktu banyak untuk melanjutkan perjalanan ke Malaka. Aku berobat di Hospital Pakar Johor. Di sana lagi-lagi aku menemukan pelayanan dan fasilitas yang sangat baik. Tidak perlu menunggu dokter (seperti yang sering aku lakukan untuk memeriksa gigi ketika kecil). Sebentar saja mengantri, namaku sudah di panggil. Aku menyodorkan hasil rontgen di rumah sakit sebelumya, lalu beliau melakukan sedikit pemeriksaan dan bertanya silsilah sakit ini muncul. Tau apa yang dikatakan? tulang belakang aku memang sudah tidak lurus dari lahir, jadi tidak bisa diluruskan walau dengan memakai korset tulang itu. Yang menyebabkan sering sakit adalah karena salah duduk dan tidur saja. Jika dari sekarang itu tidak diperbaiki, tua nanti rasa sakit itu lebih parah. Lalu beliau mencontohkan cara duduk yang benar, dan menganjurkan untuk selalu berenang atau nge-gym.

Keep your health, Kawan ^_^

1 komentar:

aditya mengatakan...

setuju kak. RS di negeri tecinta ini sangat mengecewakan. jadi jgn salahkan jika banyak orang2 kita yang memutuskan berobat di luar.